Suaracaraka.com, Semarang Jawa Tengah – Pada Tahun 2024 nanti pada saat diselenggarakannya pemilihan Presiden dan Wakil Presiden( Pilpres & Pilwapres) masih cukup lama. Namun, bisa juga para politisi berpandangan lain, karena mereka berpandangan waktu untuk sosialisasi hingga dikenal dan harapannya terpilih kelak membutuhkan waktu yang panjang pula.
Karena itu, tidaklah mengherankan diperbagai tempat strategis telah terpasang gambar- gambar para elit dengan berbagai pose dan pesannya masing- masing, namun yang jelas secara tersirat atau pun tersurat menunjukkan keinginan mereka untuk maju dalam Pilpres dan Pilwapres tahun 2024 yang akan datang.
Sosialisasi melalui berbagai media pun tak kalah heboh, utamanya melalui berbagai media sosial ( medsos), dengan berbagai cara serta gaya yang menurut para elit, mereka pandang akan mampu mendongkrak popularitas mereka di benak calon pemilih.
Berbagai tanggapan pun muncul, mulai dari yang menilai kurang peka, hingga yang justru mengapresiasinya, karena melalui cara tersebut para pemilih akan lebih kenal serta faham, para Capres serta Cawapres yang akan berlaga.
Lepas dari kontroversi penilaian tersebut, namun yang perlu direnungkan baik oleh para calon beserta tim suksesnya, atau pun oleh para calon pemilih adalah, pertimbangan apa yang mereka gunakan dalam melakukan sosialisasi?, Serta pertimbangan apa pula yang diperhatikan para calon pemilih?
Popularitas, Elektabilitas dan Kinerja
Sejak beberapa waktu lalu berbagai lembaga survei telah beberapa kali merilis hasil- hasil surveinya. Meski hasilnya masih variatif, namun setidaknya beberapa nama selalu bertengger di lima besar.
Hasil survei itu tentu layak diperhitungkan, namun dinamika sosial serta dahsyatnya teknologi komunikasi perlu dipertimbangkan pula.
Yang jelas mulai saat ini, hingga saatnya nanti para calon beserta parpol pendukung dan tim suksesnya perlu secara tepat memahami apa keinginan serta kebutuhan aktual calon pemilih, atau yang dalam bahasa iklan disebut sebagai consumers insight.
Melalui hasil penelitian yang cermat serta akurat, akan disusunlah strategi media serta pesan yang tepat pula.
Selain itu, meski pada Pilpres& Pilwapres nanti tidak akan ada incumbent, namun bila ada calon atau bahkan pasangan calon yang pernah menjabat, entah itu Gubernur dan wakilnya, Walikota atau Bupati dan wakilnya, Menteri, Anggota DPR, dan lain- lain, tentu akan lebih membantu.
Kita tentu ingat prinsip komunikasi bahwa kinerja berkata lebih nyaring dibanding wacana. Karena itu hasil survei pun juga tidak jauh dari hal itu.
Mesin Politik
Tentu, dukungan partai politik( parpol) dengan mesin politiknya sangatlah penting. Modal dasar yang dimiliki, terlebih bila secara piawai mampu memanfaatkan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi sehingga rajin memublikasikan kinerja pejabat yang didukungnya, terlebih bila sesuai dengan yang dirasakan rakyat, maka pesan komunikasi yang efektif akan bekerja secara otomatis.
Yang perlu diperhatikan, bahwa komunikasi itu intinya adalah kejujuran, menarik perhatian, namun tetap memerhatikan koridor etika. Bila itu dikerjakan , niscaya calon yang mereka jagokan termasuk parpol pendukungnya akan memperoleh imbas yang positif, terlebih saat itu juga hampir bersamaan dengan pileg.
Akhirnya, kita tentu berharap Pemilu akan berlangsung tenang serta aman, dan rakyat akan memilih calon pemimpinnya dengan benar setelah menerima kampanye yang jujur, menarik perhatian dan etis, sehingga kedepan akan terpilih pemimpin bangsa yang mampu membawa Indonesia lebih maju, meski mungkin saja tantangan yang dihadapi lebih berat dari adanya Pandemi covid-19 seperti yang kita alami saat ini.
Penulis : Drs. Gunawan Witjaksana, M.Si
Dosen Tetap Ilmu Komunikasi USM
Editor : Alfiana Eka Safitri, Pemimpin Redaksi : DR. H. Jawade Hafidz, SH.,MH
Diterbitkan oleh : PT. Media Suaracaraka Indonesia