Oleh : Gunawan Witjaksana
Dosen Tetap Ilmu Komunikasi USM.
Suaracaraka.com, Semarang Jawa Tengah – Pertandingan final leg ke dua Indonesia- Thailand akhirnya menunjukkan kepada Dunia, bahwa Timnas Indonesia, bukanlah ayam sayur. Dengan unggul lebih dahulu, serta penampilannya yang sangat konsisten, ternyata uangkapan lama bahwa ” kita bisa”, telah terbukti.
Dari sisi komunikasi ada prinsip kinerja tim, berkata lebih nyaring dibanding wacana, terutama wacana- wacana sinis yang bermunculan, utamanya melalui media sosial ( medsos).
Apresiasi pun sepantasnya kita berikan kepada Timnas kita, sebagai tim yang semula tidak diunggulkan, dan ternyata mampu menjuarai grup dan masuk final, meski baru menjadi runer- up.
Pemain muda kita Pratama Arhan, yang bahkan dinobatkan menjadi pemain muda terbaik makin menunjukkan masa depannya, termasuk masa depan Timnas Sepakbola kita.
Karena itu, yang perlu kita renungkan bersama adalah bagaimana membina pemain- pemain muda berbakat kita ke depan dengan teknik persepakbolaan yang makin dinamis seperti antara lain kritik kelemahan passing yang dilontarkan pelatih Timnas Sin Tay Yong ( STY) ? Bagaimana menyatukan perbedaan mereka yang memiliki otoritas pembinaan pemain, demi kepentingan nasional ?
Sejak Dini.
Pengalaman bagaimana prestasi pemain muda yang dipilih STY akhirnya menunjukkan prestasi, patut kita jadikan momentum bagaimana memperbaiki sistem pembinaan ke depan diselaraskan dengan pengalaman yang baru saja kita peroleh.
Di sisi lain, dialog antar komponen untuk akhirnya mewujudkan sistem pembinaan, termasuk sistem kompetisi di dalamnya, yang menunjukkan makin minimnya konflik kepentingan yang sering mengemuka seperti waktu lalu tidak tampak lagi.
Momentum menjadikan sepakbola sebagai olahraga populis, selain bulutangkis perlu terus dijaga serta dikembangkan.
Singkatnya menghargai prestasi pemain serta pelatih sebagai pesan yang emphatik dan persuasif perlu terus dijaga dan dikembangkan, sekaligus makin mengurangi munculnya pesan kritikan berbau kecaman yang selama ini lebih mengemuka, sekaligus menetralisir pesan- pesan serupa di medsos.
Kita lalu ingat kata Charles Osgood, pentingnya selalu mengingatkan para pemain dan pelatih, siapa pun yang akan ditunjuk pada pengalaman manis, sebagai model pembelajaran yang efektif, dibanding hanya menyampaikan pengalaman pahit yang justru akan menjadi sandungan komunikasi ( communication strugle) yang sulit diatasi.
Non Teknis
Selain itu, masalah- masalah teknis yang dipertontonkan otoritas Singapura baik yang terkesan menghambat pemain- pemain potensial kita, termasuk pemberian menu makanan yang sangat tidak sesuai dengan pemain elit kelas sepak bola seperti yang dilansir berbagai media perlu kita antisipasi.
Kejadian yang tentu mengganggu kondisi pisik serta mental pemain itu perlu diantisipasi, selama tidak menyalahi aturan yang telah ditentukan.
Dengan memperhitungkan faktor- faktor non teknis tersebut, ke depan diharapkan para pemain serta pelatih bisa benar- benar fokus pada kompetisi yang sedang dan akan mereka hadapi.
Yang jelas, siapa pun yang mengaku masyarakat Indonesia saat ini haruslah sepakat, bahwa ternyata timnas sepak bola kita bukanlah ayam sayur.
Karena itu, dengan pembinaan yang lebih baik serta sesuai dinamika teknis persepakbolaan ke depan, bukan tidak mungkin timnas kita akan mampu menunjukkan prestasi yang lebih bersinar.
Drs. Gunawan Witjaksana, M.Si
Dosen Tetap Ilmu Komunikasi USM
Editor : Alviana Eka S.