Wacana dan Survei Serta Perang Urat Syaraf

Penulis : H. Riyanta, SH. Ketua Umum Gerakan Jalan Lurus. Edisi I (Pertama ).

Suaracaraka.com, (30/01/22 ) Pelontaran wacana terkait Pemilihan Umum (Pemilu) makin marak dan ramai di berbagai media. Rata- rata wacana tersebut berisi figur- figur yang saat ini dimunculkan sebagai Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Capres & Cawapres ), sedang untuk calon Gubernur, Walikota/ Bupati dan Wakilnya, terlebih calon Anggota Legislatif terlihat masih sepi.
Beberapa figur yang hasil surveinya lumayan pun mulai berani berwacana, bahkan saling melempar kritik.
Lihat saja Gubernur DKI yang mengritik pemindahan Ibukota Negara yang menurutnya tidak akan mengatasi kemacetan di Jakarta.
Tak urung, kritik balik pun dilontarkan Sekjen PDI-P Hasto Kristianto, yang beberapa nama kadernya juga cukup moncer hasil surveinya. Terlebih Hasto menganggap kader- kader partainya jauh lebih berhasil dibanding Anies, saat memimpin DKI.
Dalam bahasa komunikasi perang urat syaraf ( PUS) pun makin meramaikan berbagai media . Tujuannya jelas berebut opini positif, sekaligus saling berebut simpati terhadap rakyat calon pemilih.
Dengan kondisi yang jelas akan makin ramai serta panas, terlebih dengan pelibatan para Buser serta simpatisan, utamanya melalui medsos, maka pertanyaannya bagaimana sebaiknya akar rumput menyikapinya, sehingga pada bulan Februari 2024 kelak mereka mampu menjatuhkan pilihannya secara tepat?

Kampanye survei
Di alam demokrasi, aktivitas bahkan kegetolan lembaga- lembagai survei dalam merilis hasil suveinya tentu akan makin intens.
Berbagai hasil survei mereka, utamanya yang terkait Pemilihan Umum ( Pemilu), tentu akan makin getol mereka rilis. Motif nya antara lain tentu demi meningkatkan kredibilitasnya masing- masing.
Sayangnya, tidak seperti di negara- maju, rata- rata lembaga survei kita tidak menyebutkan secara terbuka para menyandang dananya. Sehingga dari sisi objektif pembaca survei harus menebak- nebak. Kecuali hasil dari lembaga survei internal partai politik ( parpol).
Celakanya parpol dan simpatisannya pun tak jarang memanipulasikan hasil servei yang menguntungkan mereka sebagai pesan kampanye, sekaligus dimanfaatkan pula sebagai perang urat syaraf( pus).
Bagi mereka yang research minded, tentu tidak masalah, karena tidak begitu berpengaruh.
Sayangnya, yang research minded prosentasenya kecil, dan yang besar justru mereka yang tidak faham hasil research , sehingga mudah dimanipulasi serta salah dalam memahami pesan perang urat syaraf yang mereka anggap benar, meski sebenarnya belum tentu demikian.

Mencermati dan Meneliti
Menghadapi kenyataan itu, alangkah baiknya bila mereka yang research minded sekaligus melek media, ikut menyampaikan informasi yang benar, setidaknya pada lingkungan tempat tinggalnya.
Melalui cara tersebut, maka setidaknya mereka ikut berjuang dalam memelekkan masyarakat, baik terhadap komunikasi, media, dan syukur melek politik.
Melalui cara tersebut akar rumput pelan tapi pasti akan mampu memahami hasil survei, termasuk tatkala dimanipulasikan sebagai pesan kampanye ataupun perang urat syaraf.
Di sisi lain kita berharap para elit politik mau pelan- pelan merubah gaya komunikasi manipulatif, dengan komunikasi emphatik, informatif, persuasif sekaligus mencerdaskan , sesuai dengan cita- cita proklamasi.

Di Tulis Oleh : H. Riyanta, SH.

Editor : Alviana Eka S

Di Terbitkan Oleh : PT. Media Suara Cakara Indonesia.

Semarang Jawa Tengan, 30 Januari 2022.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *